Minggu, 04 Mei 2014

Industrilisasi

Data atau Statistik suatu Industrilisasi
Anggota Kelompok :
1. Fauziah Nisa Aryono
2. Novi Handani
3. Roy Nugraha
4. Savitri Rahmannisa
Data/Statistik Industrilisasi Dalam Bidang Kelautan dan Perikanan.

Upaya Pemerintah melalui Kementrian Kelautan dan Perikanan untuk Memacu Nilai Tambah Sektor Perikanan di Indonesia.
       Wajar saja upaya dilakukan di tengah-tengah berkurangnya penerimaan devisa terutama dari sektor migas. Apalagi bila dilihat dari potensi kekayaan sumber daya alam di sektor kelautan dengan luas lautan yang mencapai 5,8 juta km persegi dan panjang garis pantai 95.181 km. Persoalannya, potensi perikanan itu belum dilakukan secara optimal.
        Indikator itu bisa terlihat dari kapasitas pabrik pengolahan perikanan yang kini hanya di bawah 70% dari pengolahan ikan yang berjumlah 523 unit pengolahan ikan -147 unit pengolahan udang dan 376 unit pengolahan non udang. Misalnya di sektor pengolahan udang, dari 147 unit pengolahan udang hanya mampu memproduksi 565.624 ton. Kondisi yang sama juga terjadi pada pengolahan ikan. Bahkan, utilitas pengolahan ikan cakalang hanya mencapai 40%.
         Yang menjadi salah satu kendala industri itu adalah daya saing produk di pasar global. Produk pesaing seperti dari India atau Thailand kini mulai mengancam produk Indonesia. Meskipun banyak kendala yang menghadang industri perikanan, pelaku di komoditas ini tetap memiliki optimism bahwa industri itu tetap prospektif.
       Menurut Direktur PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk Herman Sutjiamidjaja “berbeda dengan perikanan tangkap seperti tuna, cakalang, tongkol, tenggiri dan jenis ikan tangkap lainnya relatif lebih menguntungkan meskipun tetap ada kendala berupa populasi ikan yang semakin menipis, illegal fishing dan sebagian besar nelayan tradisional hanya menggunakan armada kapal ukuran kecil. Biaya produksi pengolahan perikanan tangkap lebih kecil dibandingkan dengan biaya produksi pengolahan perikanan budidaya (udang)", jelasnya.
Dibawah ini adalah data/statistik Perkembangan Produksi ikan di Indonesia mulai tahun 2006-2012.
                                


          Apa solusi dari keterbatasan-keterbatasan itu terutama menyangkut optimalisasi industri? Solusi yang paling tepat tentu dengan menggenjot produksi ikan dengan melibatkan nelayan tradisional. Namun, nelayan -mencapai 2,2 juta orang harus dibina lebih baik lagi sehingga industri juga bisa tetap memaksimalkan kapasitas produksinya. Persoalan illegal fishing juga harus menjadi perhatian pemerintah. Betapa tidak kapal-kapal ikan asing kini masih leluasa mengeruk kekayaan laut Indonesia selain tidak dimungkiri ada perilaku pengusaha ikan yang menjual langsung tangkapannya ke luar negeri tanpa terlebih dahulu mendarat di pelabuhan perikanan.
           Pemilihan komoditas yang berdaya saing dengan fokus ke produk seperti udang, ikan nila, bandeng, patin juga bisa menjadi strategi untuk menuju pemain utama perikanan dunia, tidak hanya menghasilkan ekspor senilai US$3,3 miliar. Rencana Kementerian Kelautan dan Perikanan merevitalisasi tambak udang di Pantai Utara (Pantura) Jawa seluas 135.000 hektar -dari total luas sekitar 800.000 hektar- secara bertahap mulai tahun 2012 juga patut diapresiasi meskipun untuk merealisasikannya tidak mudah.
           Seperti disampaikan oleh Sharif Cicip Sutardjo, Menteri Kelautan dan Perikanan “potensi tambak di Pantai Utara Jawa sangat luar biasa. Persoalannya, sebagian besar masih dikelola secara tradisional sehingga perlu direvitalisasi. Sudah menjadi tugas pemerintah juga bagaimana pelaku industri perikanan bisa dijembatani untuk memperoleh pendanaan. Tanpa dukungan pendanaan, mimpi menjadikan industri perikanan sebagai salah satu industri unggulan untuk pengerek devisa tentunya sulit terealisasi.”

Data/Statistik Industrilisasi dalam bidang Pertambangan (Batubara)

           Dalam sepuluh tahun industri Batubara telah memainkan peran yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Batubara merupakan salah satu energy alternatif yang memiliki pertumbuhan yang sangat pesat, baik dari segi produksi maupun ekspor. Industry ini memberikan sumbangan yang besar terhadap penerimaan negara yang jumlahnya selalu meningkat dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2004 penerimaan negara dari sektor Batubara mencapai 2,57 triliun rupiah dan 5 tahun kemudian pada tahun 2009 penerimaan negara dari sektor ini telah mencapai lebih 20 triliun rupiah.
Indonesia adalah Negara pengekspor terbesar kedua setelah Australia , menurut data yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik sejak 2001 hingga 2009 produksi dan ekspor Batubara di Indonesia terus meningkat . Pertumbuhan Produksi dan ekspor Batubara dapat dilihat dari tabel dibawah ini .


Sebagian besar produksi batubara di Indonesia atau sekitar 73% di ekspor diekspor ke luar negeri, sisanya sekitar 27% dikonsumsi didalam negeri . Negara tujuan ekspor batubara di Indonesia Jepang. Taiwan, Korea, China, dll. Pada tahun-tahun selanjutnya Indonesia diperkiran mampu memproduksi batubara lebih tinggi dari target pemerintah yang hanya 250 juta ton.

Perbandingan dari kedua sektor
          Jika dilihat dari sektor (Kelautan dan Pertambangan batubara) diatas,sektor pertambangan batubara tumbuh lebih pesat dibanding sektor perikanan, keuntungan dari sektor batubara bagi Indonesia jelas lebih memberikan keuntungan yang lebih besar. Namun, 2 sektor industrilisasi ini memiliki potensi yang sangat tinggi untuk memajukan ekspor dalam negeri demi memajukan pertumbuhan perekonomian Indonesia. Meskipun dalam bidang Kelautan dan Perikanan masih memiliki banyak hambatan, Indonesia harus tetap optimis terhadap pertumbuhan produksi dan ekspor bidang perikanan. Namun tidak dapat dipungkiri, untuk mencapai perekonomian Indonesia agar lebih baik diperlukan campur tangan dan dukungan dari pemerintah Indonesia sendiri. 

Sumber : 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar