Data atau Statistik
suatu Industrilisasi
Anggota
Kelompok :
1. Fauziah Nisa Aryono
2. Novi Handani
3. Roy Nugraha
4. Savitri Rahmannisa
Data/Statistik
Industrilisasi Dalam Bidang Kelautan dan Perikanan.
Upaya
Pemerintah melalui Kementrian Kelautan dan Perikanan untuk Memacu Nilai Tambah
Sektor Perikanan di Indonesia.
Wajar saja upaya dilakukan di tengah-tengah berkurangnya
penerimaan devisa terutama dari sektor migas. Apalagi bila dilihat dari potensi
kekayaan sumber daya alam di sektor kelautan dengan luas lautan yang mencapai
5,8 juta km persegi dan panjang garis pantai 95.181 km. Persoalannya, potensi
perikanan itu belum dilakukan secara optimal.
Indikator itu bisa terlihat dari kapasitas pabrik pengolahan
perikanan yang kini hanya di bawah 70% dari pengolahan ikan yang berjumlah 523
unit pengolahan ikan -147 unit pengolahan udang dan 376 unit pengolahan non
udang. Misalnya di sektor pengolahan udang, dari 147 unit pengolahan udang
hanya mampu memproduksi 565.624 ton. Kondisi yang sama juga terjadi pada
pengolahan ikan. Bahkan, utilitas pengolahan ikan cakalang hanya mencapai 40%.
Yang menjadi salah satu kendala industri itu adalah daya
saing produk di pasar global. Produk pesaing seperti dari India atau Thailand
kini mulai mengancam produk Indonesia. Meskipun banyak kendala yang menghadang
industri perikanan, pelaku di komoditas ini tetap memiliki optimism bahwa
industri itu tetap prospektif.
Menurut Direktur PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk
Herman Sutjiamidjaja “berbeda dengan perikanan tangkap seperti tuna,
cakalang, tongkol, tenggiri dan jenis ikan tangkap lainnya relatif lebih
menguntungkan meskipun tetap ada kendala berupa populasi ikan yang semakin
menipis, illegal fishing dan sebagian besar nelayan tradisional hanya
menggunakan armada kapal ukuran kecil. Biaya produksi pengolahan perikanan
tangkap lebih kecil dibandingkan dengan biaya produksi pengolahan perikanan
budidaya (udang)", jelasnya.
Dibawah
ini adalah data/statistik Perkembangan Produksi ikan di Indonesia mulai tahun
2006-2012.
Apa solusi dari keterbatasan-keterbatasan itu terutama
menyangkut optimalisasi industri? Solusi yang paling tepat tentu dengan
menggenjot produksi ikan dengan melibatkan nelayan tradisional. Namun, nelayan
-mencapai 2,2 juta orang harus dibina lebih baik lagi sehingga industri juga
bisa tetap memaksimalkan kapasitas produksinya. Persoalan illegal
fishing juga harus menjadi perhatian pemerintah. Betapa tidak kapal-kapal
ikan asing kini masih leluasa mengeruk kekayaan laut Indonesia selain tidak
dimungkiri ada perilaku pengusaha ikan yang menjual langsung tangkapannya ke
luar negeri tanpa terlebih dahulu mendarat di pelabuhan perikanan.
Pemilihan komoditas yang berdaya saing dengan fokus
ke produk seperti udang, ikan nila, bandeng, patin juga bisa menjadi strategi
untuk menuju pemain utama perikanan dunia, tidak hanya menghasilkan ekspor
senilai US$3,3 miliar. Rencana Kementerian Kelautan dan Perikanan
merevitalisasi tambak udang di Pantai Utara (Pantura) Jawa seluas 135.000
hektar -dari total luas sekitar 800.000 hektar- secara bertahap mulai tahun
2012 juga patut diapresiasi meskipun untuk merealisasikannya tidak mudah.
Seperti disampaikan oleh Sharif Cicip
Sutardjo, Menteri Kelautan dan Perikanan “potensi tambak di Pantai Utara Jawa
sangat luar biasa. Persoalannya, sebagian besar masih dikelola secara
tradisional sehingga perlu direvitalisasi. Sudah menjadi tugas pemerintah juga
bagaimana pelaku industri perikanan bisa dijembatani untuk memperoleh
pendanaan. Tanpa dukungan pendanaan, mimpi menjadikan industri perikanan
sebagai salah satu industri unggulan untuk pengerek devisa tentunya sulit
terealisasi.”
Data/Statistik Industrilisasi
dalam bidang Pertambangan (Batubara)
Dalam sepuluh tahun industri Batubara telah
memainkan peran yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Batubara
merupakan salah satu energy alternatif yang memiliki pertumbuhan yang sangat
pesat, baik dari segi produksi maupun ekspor. Industry ini memberikan sumbangan
yang besar terhadap penerimaan negara yang jumlahnya selalu meningkat dari
tahun ke tahun.
Pada tahun 2004
penerimaan negara dari sektor Batubara mencapai 2,57 triliun rupiah dan 5 tahun
kemudian pada tahun 2009 penerimaan negara dari sektor ini telah mencapai lebih
20 triliun rupiah.
Indonesia
adalah Negara pengekspor terbesar kedua setelah Australia , menurut data yang
diperoleh dari Biro Pusat Statistik sejak 2001 hingga 2009 produksi dan ekspor
Batubara di Indonesia terus meningkat . Pertumbuhan Produksi dan ekspor
Batubara dapat dilihat dari tabel dibawah ini .
Sebagian
besar produksi batubara di Indonesia atau sekitar 73% di ekspor diekspor ke
luar negeri, sisanya sekitar 27% dikonsumsi didalam negeri . Negara tujuan
ekspor batubara di Indonesia Jepang. Taiwan, Korea, China, dll. Pada
tahun-tahun selanjutnya Indonesia diperkiran mampu memproduksi batubara lebih
tinggi dari target pemerintah yang hanya 250 juta ton.
Perbandingan
dari kedua sektor
Jika dilihat dari sektor (Kelautan dan Pertambangan
batubara) diatas,sektor pertambangan batubara tumbuh lebih pesat dibanding
sektor perikanan, keuntungan dari sektor batubara bagi Indonesia jelas lebih
memberikan keuntungan yang lebih besar. Namun, 2 sektor industrilisasi ini
memiliki potensi yang sangat tinggi untuk memajukan ekspor dalam negeri demi
memajukan pertumbuhan perekonomian Indonesia. Meskipun dalam bidang Kelautan
dan Perikanan masih memiliki banyak hambatan, Indonesia harus tetap optimis
terhadap pertumbuhan produksi dan ekspor bidang perikanan. Namun tidak dapat
dipungkiri, untuk mencapai perekonomian Indonesia agar lebih baik diperlukan
campur tangan dan dukungan dari pemerintah Indonesia sendiri.
Sumber
: